Review Software Editing

Canopus EDIUS : Menurutku ini software editing profesional terbaik yang pernah dibuat "User Friendly" mungkin karena Grass Valley sang pencipta mengkhususkan diri / fokus dalam software video editing. Tampilannya yang sederhana but modern dengan warna layout yang soft membuat kita betah berlama2 di depan komputer, apalagi warna layout bisa dirubah sesuai keinginan kita. Ditambah layout monitor, timelime, effect dibuat terpisah ( seperti Macintosh ) so kita bisa mengatur komposisi layout seenaknya apalagi saat menggunakan dual monitor. Pengaturan warna, croping, audio bisa dengan sangat mudah dilakukan dengan effect2 yang lumayan banyak, bahkan effect yang telah kita modifikasi bisa kita save as preset ( jadi ga perlu buat lagi, tinggal drag ) . Untuk memudahkan editing kita bisa seenaknya mengganti shortcut standar sesuai keinginan kita. Edius salah satu software editing yang realtime tanpa ada loading conforming seperti Premiere dan export render yang super cepat. Kemampuan titling dan penambahan efffect sangat luar biasa ditambah efek transisinya yang sangat variatif. Pilihan export avi dengan banyak pilihan format ( terlengkap ) mulai mpeg, tga, hingga quicktime tanpa converter. Aplikasi multicam hingga 8 source video benar2 patut diacungi jempol, tanpa ada hang ato tersendat kita bisa menjadi Program Director memilih dan menata gambar hanya dengan "klik" dan semua itu otomatis. Banyak lagi kelebihan lain yang ngga sempat saya tuliskan. Agaknya software ini tidak terlalu populer, tapi saya yakin setelah mencobanya anda pasti jatuh hati....
Kelemahan : Untuk pemula mungkin terasa sulit karena tidak tersedia Tools Layout seperti software lain, cutting, triming semua basic shortcut
Saran : paling cocok untuk spot editing, wedding ato company profile
Berikut Tips & Trik bagi yang berminat mempelajari EDIUS lebih dalam.....

Final Cut Pro :Software besutan Mac OS ini benar2 memanjakan penggunanya yang ingin membuat karya menarik tanpa harus memutar otak dan memeras keringat. Bayangkan Mac OS mengobral efek ato template gratis plug and play. Begitu banyaknya pilihan efek ataupun transisi yang ngga ndeso, sehingga pemula pun sekejap menjadi profesional editor. Bagi yang terbiasa menggunakan Adobe Premiere pasti tidak sulit beradaptasi dengan software ini, karena cara kerja dan layout yang hampir sama. Ketika import file tidak ada sama sekali loading conform. Dengan spek standar Mac, software ini terbilang cukup bandel dengan akses export movie yang sangat cepat.
Kelemahan : Preview tidak realtime, kita harus selalu melakukan pre-render setelah melakukan perubahan atau penambahan efek.

Avid Expres Pro
: Software ini sangat mengutamakan ketepatan dan kecepatan, so untuk pengeditan sebuah berita, penggunaan software ini sangatlah cocok ( lebih mirip editing linier ). Effect video maupun transisi tidak tersedia banyak alias standar banget, konon software ini banyak digunakan dalam dunia perfilman kecuali holywood yang high budget. Kelemahan yang menonjol ialah ketika import materi, diperlukan waktu yang cukup lama untuk sekedar conform ditambah tools editing yang rumit. Cukup merepotkan jika kita tidak hapal dengan shortcut yang tersedia, namun jika shortcut udah diluar kepala dijamin kecepatan dan ketepatan tiada banding.

Adobe Premiere : Software pertama kali yang saya kenal dan menurut saya terbaik ( waktu itu ) mungkin bagi teman2 lain juga. Untuk pemula software ini cukup mudah karena terdapat tampilan Tools Editing jadi dengan mudah kita ingin memotong, menggabung, menambah dll. Namun hingga produk terbaru ( Adobe Premiere Pro CS 3 ) tampilannya hampir tidak ada yang berubah ( kuno, sorry :). Pemanfaatan multicam yang ribet dan memerlukan spek komputer yang tinggi untuk menjalankan aplikasinya.

Ulead : Untuk pemula

Sony Vegas : Unggul dalam touch up warna
Posted on 23.13 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Tips membeli handycam / kamera video bekas

1. Cek kondisi fisik terutama, lensa, LCD, periksa apakah ada death pixel
2. Periksa fungsi2 utama kamera : zoom in/out, fokus, iris, filter, viewfinder
3. Open menu, cek lifetime kamera. Secara normal kondisi pemakaian standart kamera lebih kurang 500 jam dalam setahun.
4. Cara paling mudah untuk mengetes kondisi head kamera adlh : setting kamera pada posisi LP (Long Play) kemudian record selama 5 menit (record dan goyangkan kamera kanan kiri, atas bawah) kemudian play. Jika lancar berarti kondisi Head kamera cukup baik. Apabila terjadi scratch berarti kondisi Head sudah lemah. Kenapa LP, aku juga ga tau..hee..heee. But pengalaman ketika aku jual kameraku, sipembeli tau jika memang head kameraku lemah dan cara dia mengetesnya dengan merekam posisi LP ketika di play gambar scratch. Tapi sebaliknya jika direkam posisi SP (Short Play) it's OK.
5. Periksa juga kondisi audio antara Channel 1 / 2 , pentiingg !! karena audio lah yang membuat gambar kita kita 3 dimensi
6. Periksa output / input konektivitas kamera : dvi/firewire, RCA ke tv, microfon, USB dan perangkat penghubung yang lain
Posted on 07.16 by OMeN and filed under | 1 Comments »

PRINSIP - PRINSIP BERITA TELEVISI

A. FILOSOFI

Rumus dasar Berita Televisi adalah PICTURE + WORDS = TV. Visual ditempatkan sebagai faktor utama. Berarti pertaruhan Reporter dan Cameraman dalam meliput berita adalah memperoleh gambar yang berkualitas tinggi, ketajamannya, variasinya, maupun dinamikanya. Dengan kata lain, tugas Reporter dan Camerman adalah mencari beria yang menarik dengan gambar yang TAJAM, KAYA, dan HIDUP.

Hal itu bisa dicapai juka terdapat kesamaan Visi dan Misi orang-orang di lapangan. Maka berlakulah rumus COMMUNICATION + CORPORATE = RESPECT.

Hubungan yang harmonis antara Reporter dengan Cameraman menjadi syarat mutlak bagi pemburu berita televisi. Hubungan iru hanya mungkin juga antara keduanya terjadi diskusi menyangkut topik maupun cara penyajiannya nanti.

Reporter dan Cameraman adalah 2 profesi yang disatukan. Sebagai Profesional, masing-masing bertanggung jawab atas profesinya. Namun perbedaan itu tidak boleh menghalangi diskusi dan saling memberi masukan.

Keluhan Reporter bahwa Cameraman tidak bersedia mengambil gambar yang diinginkan atau keluhan Reporter bahwa tidak cocok dengan Cameraman adalah PERNYATAAN YANG DIHARAMKAN.

Jurnalis adalah profesi yang sangat menarik. Sebagai wakil pemirsa, Ia dituntut mampu tidak hanya menjadi perpanjangan mata dan telinga, namun juga perpanjangan perasaan penonton.

Oleh karena itu, sama sekali tidak dibenarkan bagi seorang Jurnalis mengkorupsi realita. Semua harus disajikan se-obyektif mungkin, baik data, gambar maupun suara dari suatu peristiwa. Satu-satunya toleransi yang dianugerahkan masyarakat bagi seorang Jurnalis adalah memilih bagian yang paling menarik dari suatu kejadian untuk dijadikan Unsur Pemikat berita yang mereka buat.

Para perintis Jurnalisme telah mematok rumus Piramida Terbalik sebagai rumus dasar struktur berita. Memanfaatkan toleransi yang diberikan masyarakat, maka rumus tersebut mengharuskan kita menempatkan Jantung Peristiwa di awal berita.

Sebagai Pengabdi Kebenaran, maka kebenaran berita yang kita buat merupakan pertaruhan yang tidak hanya menentukan kredibilitas kita, namun juga kelangsungan Stasiun Televisi kita. Pelanggaran terhadap hal itu harus dibayar mahal. CNN harus memecat Reporter andalannya, Peter Arnett, hanya karena lenggah mengecek kebenaran data-data.

Nilai berita adalah segala-galanya. Namun diatas semua itu, keselamatan jiwa tetap penting. Toleransi terhadap kualitas gambar hana diijinkan untuk berita-berita yang nilainya sangat tinggi. Kualitas gambar CNN pada kasus Pembajakan Pesawat di Afganistan sangat buruk, namun tetap ditayangkan karena nilai beritanya yang luar biasa.

PRINSIP

  1. Jurnalis itu pekerjaan yang menarik. Jadikan kesenangan bukan beban.
  2. Jaga hubungan yang harmonis antara Reporter dan Cameraman.
  3. Diskusikan topik dan cara penyajiannya.
  4. Reporter dan Cameraman harus saling menghargai dan menghormati atas dasar tanggung jawab profesi. Namun jangan jadikan hal itu, sebagai penghalang untuk salaing memberi masukan.

B. VISUAL

Sesuai prinsip TAJAM, KAYA, dan HIDUP, maka gambar-gambar Berita Televisi yang dianggap berkualitas tinggi adalah gambar-gambar yang mencerminkan dinamika atau gambar-gambar yang bergerak.

Gambar suasana Seminar, Ceramah, Makan-makan, Keterangan Pers adalah gambar gambar beku yang paling dibenci oleh televisi. Sebaliknya, gambar yang harus dikejar adalah hiruk-pikuk orang dipasar, kepanikan masyarakat yang dilanda kerusuhan, bencana alam, ledakan bom, kesibukan lalu-lintas, bandara, bentrokan Polisi dengan Demonstran, Polisi mengejar penjahat, dsb.

Sekalipun ditabukan, bukan berarti kita pantang meliput kegiatan-kegiatan seperti gambar seminar, ceramah, dan jumpa pers. Kebekuan gambar kegiatan semacam itu dapat dicarikan dengan memperkaya visual yang berkaitan dengan Topik yang dibicarakan.

Seminar tentang kemiskinan tentu akan lain jika gambar yang ditampilkan suasana kemiskinannya seperti orang-orang di kampung kumuh. Pengemis dan anak-anak jalanan atau gelandangan yang sedang mengais tong sampah, daripada menampilkan gambar peserta seminar yang terkantuk-kantuk. Jika mereka terkantuk-kantuk, apalagi pemirsa kita.

PRINSIP

  1. Hindari gambar-gambar beku. Kejar gambar-gambar yang dinamis.
  2. Cari gambar yang paling seru (plus NAT SOUND), jadikan unsur pemikat, tempatkan di awal berita. Ingat, pertaruhan di 8 detik pertama.
  3. Gambar harus tajam. Toleransi hanya untuk berita yang eksklusif dan nilai-nilai beritanya tinggi. (contoh : Gambar CNN saat pembajakan pesawat di Afganistan)
  4. Laporan tanpa gambar seperti Live By Phone nilainya sangat rendah untuk sebuah berita televisi, kecuali beritanya luar biasa.

C. NASKAH GAMBAR REPORTER DAN CAMERAMAN

Berita televisi pada dasarnya adalah gambar dan kata-kata yang diramu sedemikian rupa menghasilkan satu kesatuan utuh yang dinamakan berita.

Pemirsa tidak sekali-kali mau tahu bagaimana repotnya mendapatkan dan menyajikan berita itu. Mereka hanya tahu mendapatkan berita secepat mungkin, selengkap mungkin dan disajikan semenarik mungkin. Tuntutan cepat, lengkap, dan menarik ini menjadi pertaruhan Reporter dan Cameraman dan menjadi target seluruh pekerjaan mereka.

Sesuai rumus PICTURE + WORDS = TV, maka kunci utama untuk dapat memenuhi keinginan Pemirsa adalah pada kemampuan kita meramu gambar dan data yang kita peroleh.

Reporter harus tahu persis gambar apa yang diambil Cameraman. Sebaliknya, Cameraman harus memahami alur berita yang diinginkan Reporternya. Namun pada titik tertentu, naskahlah yang harus menyesuaikan diri pada gambar.

PRINSIP

  1. Di lapangan uapayakan Reporter tidak berjauhan dengan Cameraman, sehingga tahu persis gambar-gambar yang menjadi Jantung Peristiwa dan kelak dijadikan unsur pemikat Berita tersebut.
  2. Reporter dan Cameraman harus menyelamatkan target utama mereka yakni Berita dengan gambar yang bagus. Oleh karena itu, junjung kekompakan (jangan malas bantu membawa peralatan Cameraman, misalnya : Tripod).

D. LIVE REPORTING

Yang paling mendebarkan (sekaligus paling mengasyikkan) adalah saat kita harus melaporkan suatu peristiwa secara langsung.

Kunci utama keberhasilan sebuah Live Reporting adalah penguasaan materi berita itu. Seorang Reporter begitu tiba di tempat kejadian dituntut kepekaannya merekam dalam benaknya alur peristiwa yang kelak mewarnai berita yang dibuatnya.

Penonton tidak mau tahu, pokoknya Reporter harus tampil sempurna, nampak cerdas dan menguasai masalah. Seseru apapun peristiwa yang didapatkan, akan sia-sia jika Reporter yang melaporkannya berbicara “grathal-grathul” mirip monyet menelan kelereng. Kesan cerdas juga tiba-tiba sirna jika penampilan Reporter mirip petani tebu yang baru kalah judi. Oleh karena itu, tidak kalah pentingnya adalah kerapian.

Tom Mintier menyarakan bersikap tenang, kuasai masalah, tulis point-pointnya dan kembangkan improvisasi. CNN menerapkan standar yang cukup ketat untuk menentukan Reporter yang boleh muncul di layar dan siapa yang tidak. Keputusan itu ada di tangan Vice President Stasiun Televisi terbesar di Amerika Serikat tersebut.

Kesan cerdas dan menguasai masalah juga sangat ditentukan oleh kemampuan Reporter memilih kata-kata, merangkainnya menjadi kalimat yang menarik dan membawakannya dengan mimik yang pas. Apa jadinya jika berita kematian seorang Tokoh Ulama dibawakan dengan “pringas-pringis”.

Pembawaan menyangku Speed bicara dan intonasi bicara. Kesan monoton, datar, dan lamban akan menjadikan Reporter begitu mudah dicap bodoh dan tidak menguasai masalah. Sebaliknya, intonasi yang pas dan speed yang terjaga, sangat mudah mendatangkan kesan cerdas dan menguasai masalah.

PRINSIP

  1. Saat Live, Reporter harus tenang, kuasai masalah, tulis point-pointnya, dan kembangkan imrpovisasi
  2. Perhatikan penampilan, kita bukan orang dungu yang asal ngomong.
  3. Susun kalimat yang menarik. Bawakan dengan intonasi yang pas. Perhatikan speed bicara.
  4. Pengucapan kalimat-kalimat harus sempurna. Ingat seseru apapun berita kita, jadi sia-sia kalau cara melaoprkannya mirip monyet menelan kelereng.

E. CEK, CEK, DAN CEK LAGI

Sebagai penjaga gerbang kebenaran, harga diri seorang Jurnalis adalah pada kebenaran berita yang kita laporkan. Pelanggaran terhadap prinsip ini mendatangkan konsekuensi besar, bahkan tidak jarang harus ditebus dengan runtuhnya kredibilitas sebuah Stasiun Televisi.

CCN harus membayar mahal, ketika Reporter andalannya Peter Arnett keliru memberitakan seputar penggunaan Gas Syaraf pada perang Vietnam. Arnett mewawancarai seorang veteran yang sudah pikun. Ia membenarkan penggunaan gas syaraf, namun begitu ditayangkan, sang veteran tua itu tidak hanya membantahnya, ia bahkan tidak mengakui pernah berbicara dengan si Reporter. Arnett harus meninggalkan Stasiun Televisi yang telah dibesarkan dan membesarkannya selama ini.

Dalam keadaan lelah, kelengahan seringkali terjadi. Kasus CNN dapat menimpa siapapun dari Stasiun Televisi manapun. Oleh karena itu, cek dan cek sekali lagi merupakan sikap yang sangat dianjurkan. Untuk berita-berita yang sensitif seperti pernyataan Presiden, kematian Tokoh, dan sebagainya, Anda dianjurkan meminta Produser Anda mengeceknya sekali lagi.

Hindari nafsu berspekulasi apabila menyangkut kematian seseorang. CNN sekali lagi menelan kenyataan pahit, saat Reporternya di Jakarta memberitakan bahwa Dubes Filipina tewas dalam ledakan bom. Padahal sang Dubes ternyata selamat dan di rawat di rumah sakit.

PRINSIP

  1. Jangan berspekulasi menyangkut data-data.
  2. Minta Produser mengecek kebenaran data sebelum disiarkan.
  3. Ingat, berita yang keliru menjatuhkan kredibilitas kita.

Posted on 22.46 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Ikut Menginjak Korban Zakat Maut


15 September 2008, pagi itu biasa aja, ngantuk ga jelas kebawa suasana kantor yang penghuninya pada puasa. Ampe siang ga ada liputan yah cangkruklah solusinya. "Kamu sama reporter berangkat ke Pasuruan, 16 korban meninggal rebutan zakat !" seru komandan. Siiapppp.. Tepat pkl 12.00 kita berangkat ke Pasuruan, terlambat sih karena kejadiannya pkl. 11.00, yah yg penting dapat berita. Pukul 14.00 kita sampai di tempat, kok lama? Gimana ngga, mulai Gempol-Bangil driver ma reporter tengok kanan-kiri cari klepon makanya jalannya pelannn.. ga pentinggggg !!.
Suasana masih panik, terlihat beberapa orang sepertinya kerabat korban menangis dan lainnya mondar mandir mencari tau dimana kerabatnya ditengah cuaca Pasuruan yang terik. Kamar mayat RS. Soedarsono Pasuruan yang hanya berukuran 5x3m dipenuhi 21 mayat ditata berjajar di bawah lantai. Gila my first time berada satu kamar dengan 21 mayat korban zakat maut, semuanya wanita. Wartawan diijinkan masuk bergantian ke dalam kamar mayat dan hanya diberi waktu 5 menit untuk mengambil gambar. Ga ada rasa takut waktu itu, di ruangan sempit penuh mayat gimana mo ambil gambar, susah banget cari angle. Akhirnya bersama wartawan lainnya berpencar mencari angle gambar. Yahh.. sory kalo kaki terpaksa ikut sedikit menginjak badan mayat... gimana lagi susah cari tempat berpijak broo.. Maap ya ibu2....

Metrotvnews.com, Pasuruan: Sebanyak 21 warga tewas terinjak saat pembagian zakat di Jalan Dokter Wahidin, Kota Pasuruan, Jawa Timur, Senin (15/9). Puluhan lainnya pingsan. Sementara 13 korban luka dirawat di Rumah Sakit Soedarsono.
Acara ini diadakan dermawan bernama Haji Syaikon. Saat pembagian zakat, rumah Haji Syaikon diserbu ribuan warga. Pembagian zakat semula berjalan tertib. Namun tiba-tiba, ribuan warga saling dorong dan berdesakkan.
Wali Kota Pasuruan Aminurohman mengatakan tidak ada pemberitahuan terlebih dahulu soal agenda pembagian massal zakat ini. “Jadi kami tidak mengantisipasi dengan menyiapkan aparat terkait,” ujar Aminurohman saat dihubungi Metro TV.
Aminurohman membenarkan hampir saban tahun diadakan penyaluran seperti ini. Penyelenggara sudah diimbau agar tidak menggunakan pola penyaluran massal. Pasalnya tahun lalu pola itu sangat menyengsarakan dan meyulitkan warga.

Posted on 18.40 by OMeN and filed under | 1 Comments »

Film Indie


dah lama banget produksi film ini. Capek !! Pasti.. Tapi lebih dari itu banyak pengalaman dan cerita dari produksi film ini. Bayangin kurang lebih 30 orang ikut dalam produksi ini dan dalam sebulan kita terus bersama kesana kemari, semua karena inisiatif tanpa ada uang lelah, asal bisa makan kita bekerja lagi. Pertengkaran pasti ada, itu hanya bagian dari perbedaan pendapat sampai cinlok antar kru, ada2 aja !!. Btw, semua itu terbayar film indie ini berhasil tayang di gedung bioskop MITRA 21 Surabaya ( sayang sekarang udah tutup ) :( saat event Festival Seni Surabaya. Terlebih lagi film indie mendapat sambutan yang luar biasa dari warga Surabaya khususnya pecinta seni dan sineas Surabaya. Salam indie .....

SINOPSIS

Dena (Stefanie) menjadi asing di keluarganya, hubungan kedua orang tuanya yang tidak harmonis membuatnya tidak lagi merasakan kehangatan di rumahnya yang mewah. Semuanya tampak beku dan menakutkan, sehingga dia menjadi sosok seorang gadis remaja yang rapuh dan selalu tenggelam dalam kesedihan.

Suatu ketika Dena bertemu Bima (Herdy) dan Otoy (Kurniawan) di taman kota. Bima adalah seorang cowok posesif yang sedang mengalami konflik dengan pacarnya yang seorang model. Rasa sayang dan khawatir yang berlebihan membuat pacarnya Maesa (Oka) tidak merasa nyaman lagi, sehingga sering terjadi pertengkaran di antara mereka berdua. Sedangkan Otoy adalah cowok dengan berat badan di atas rata-rata yang merasa hidupnya tidak pernah bahagia. Bagi Otoy tubuh gendutnya menjadi biang kesusahan dalam hidupnya. Susah mencari pacar, susah mencari pekerjaan dan selalu saja menjadi bahan tertawaan orang-orang di sekitarnya.

Di saat yang lain Dena bertemu Oca (Mariska), teman SMA-nya yang sangat berobsesi menjadi seorang artis. Karena kepolosannya, Oca sering menjadi korban keisengan produser atau sutradara cabul. Peringatan dan larangan Dena kepadanya tentang itu justru membuat Oca menganggap Dena iri kepadanya. Hingga pada suatu saat kegadisannya terenggut oleh seorang sutradara bernama Ami (Denny).

Penyesalan, canda, tawa, tangis, sedih, dan marah silih berganti mewarnai kehidupan mereka sejak saat itu. Sampai akhirnya mereka masing-masing terpisah. Banyak perubahan hidup yang mereka rasakan. Hanya satu yang tidak berubah, dalam diri mereka masih ada keyakinan bahwa suatu saat mereka pasti akan bertemu kembali dalam waktu dan ruang yang berbeda.



KITA Movie Part 1 ( download di sini )
Posted on 23.47 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Untuk Sobat

Disinilah aku terbangun, ketika waktu membimbingku merindukan sosok sobat lamaku. Beberapa waktu yang lalu ketika aku benar2 sendiri hanya berteman kepulan asap dari sebatang tembakau yang kuhisap. Aku tahu aku tak bisa sendiri dan menghabiskan waktuku untuk bekerja dan bekerja. Aku hanya ingin meredam ambisiku, aku harus punya waktu meski untuk sekedar menikmati secangkir kopi dan mendentingkan gitar beserta temanku. Terkadang mereka menelponku hanya untuk bertanya kabar dan diakhir kalimat " nangdi ae rek sombonge ". Yah suueer ga ada maksud bro, menurutku hidup ini kesempatan dan kesempatan itu datang cuma sekali. Aku ingin maju dan membuat hidupku berguna setidaknya yang lalu biarlah berlalu. Bukannya hidupku ga berguna dengan kalian, sekarang kita harus menata hidup, waktu telah menggerus usia kita dan saatnya menjadi dewasa.Tenang aku ga pernah melupakan kalian, kita hanya dipisahkan kesibukan dan jalan masih panjang pasti kita akan bertemu di setiap persimpangan, saat itu kita berjabat bukan lagi sebagai teman namun lebih dari sodara :) . Aku ga pernah tahu seperti apa sekarang kalian begitupun sebaliknya, yang pasti ketika kita bertemu nanti, kita harus mengulang masa penuh tawa dan kebodohan itu. Salam, sukses untuk semuanya........
Posted on 18.55 by OMeN and filed under | 2 Comments »

Hidup Itu Misteri

Bukan hanya teka-teki, lebih dari itu hidup adalah misteri siapa yang bisa menebak !!!. Kita hanya bisa mengingat hari kemarin tapi ga bisa menebak hari esok bahkan hanya untuk memprediksi ...
Menjadi kameraman sama sekali bukan menjadi cita-cita, bahkan saya tidak pernah tahu apa yang menjadi cita-cita saya. Menggeluti dunia broadcast sebenarnya hanyalah kebetulan, ketika waktu itu usai kuliah saya berwiraswasta sehingga banyak waktu luang dan ingin mengambil program kuliah pendek. Melalui spanduk dijalanan saya iseng daftar dan menjalani kuliah. Disitulah pertama kali saya mengenal kamera, ternyata benda satu ini benar-benar menjadi mata, hati, dan mulut kita. Bayangkan benda ini bisa melihat, merekam dan bercerita melebihi kemampuan seorang sutradara ..... Menjadi kameraman televisi bukanlah sekedar menjadi pekerjaan atau kegiatan sehari-hari, lebih dari itu adalah sebuah tanggung jawab yang besar terhadap khalayak untuk menghadirkan suguhan yang apik kepada pemirsa di rumah. Terasa berat ketika dilapangan kita harus berpikir untuk mencari angle gambar terbaik, sementara kita juga tidak boleh kehilangan momen. Menurut saya kameraman news harus benar-benar menyampaikan informasinya melalui gambar-gambarnya tanpa ada yang terlewatkan. Setidaknya pemirsa tidak boleh lagi bertanya, pertanyaan apapun karena gambar kita kurang atau tidak mewakili informasi dari berita tersebut. Sebenarnya dari pertama saya mengenal kamera, saya tertarik mengabadikan sebuah momen kultur budaya atau alam dalam sebuah film dokumenter. Menurut saya disitulah kita bisa eksplorasi semua kemampuan kita dengan sentuhan-sentuhan artistik. Namun ketika saya terjun ke dunia jurnalistik, tidak mengecewakan karena disini saya benar-benar belajar bagaimana mengolah sebuah momen dan merangkumnya dalam berita, sehingga layak ditayangkan. Dalam dunia pemberitaan seolah-olah kita dipaksa untuk merekam gambar dengan komposisi-komposisi yang paten/standart namun bercerita dalam durasi yang singkat. Sebenarnya disinilah kita diuji bagaimana membuat serangkaian gambar dengan benar dan baik. Benar dalam pengoperasian kamera, pengkomposisian gambar serta sentuhan warna. Baik dalam urutan pengambilan gambar, sehingga gambar tersebut mampu bercerita meski tanpa naskah sekalipun. Menurut saya disinilah dasar/pondasi kita dibangun menjadi seorang kameraman, bagaimana memberi roh pada setiap visual...
Posted on 19.38 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Televisi Masa Depan


HDTV ( High Definition Television ) merupakan media komunikasi baru dan teknologinya masih dalam proses penggarapan yang sangat ramai, terutama pada awal dekade ini. Secara singkat sejarah perkembangan HDTV dimulai oleh Jepang yang dimotori oleh pusat riset dan pengembangan NHK (TVRI/RRI-nya Jepang) pada tahun 1968, kemudian diikuti oleh Masyarakat Eropa sebagai pembanding dan akhirnya Amerika Serikat menjadi kompetitor yang harus diperhitungkan. Diperkirakan bahwa teknologi HDTV ini akan menjadi standar televisi masa depan, sehingga seorang peneliti senior dalam bidang sistem strategi dan manajemen Dr. Indu Singh meramalkan bahwa pasar dunia untuk HDTV ini akan mencapai 250 billion dolar pertahun (tahun 2010). Untuk itu pada dekade tahun 1990 ini negara-negara maju telah dan sedang berusaha agar bisa membuat teknologi tersebut sehingga bisa menguasai pasar dunia (posisi strategis). Karena itu maka sekarang telah bermunculan berbagai standar, yang satu sama lainnya saling berbeda. Yang menjadi persoalan sekarang adalah bagaimana sebaiknya bagi negara berkembang ? Sebelumnya marilah kita simak dulu pengertian dasar dari HDTV dan prasarat idealnya.
Apa itu HDTV ? HDTV dapat diartikan sebagai suatu sistem media komunikasi bergambar dan atau bersuara dengan tingkat kualitas ketajaman gambar (resolusi) yang sangat tinggi (hampir sama dengan kualitas film 35-mm/bioskop) dan kualitas suaranya juga menyerupai CD (Compact Disk). Dalam hal ini teknologi pemrosesan sinyal digital dan displai memberikan peran yang sangat penting. Diharapkan juga bahwa nantinya bisa melayani multi-bahasa dan multi media. Karena HDTV merupakan sistem komunikasi, maka seperti juga sistem komunikasi konvensional, untuk penyelenggaraannya memerlukan beberapa komponen dasar seperti pusat produksi (studio), pemroses/penyimpan. sistem transmisi dan pesawat penerima. Sistem Siaran Ideal Untuk dapat menyelenggarakan sistem siaran HDTV baik secara nasional maupun global yang ideal, diperlukan beberapa kriteria antara lain sebagai berikut :
- Penggunaan sinyal standar yang sama (di dunia /dalam satu negara)
- Biaya pesawat penerima yang murah /terbeli oleh khalayak
- Kompatibel dengan sistem yang sudah ada
- Bisa dihubungkan dengan media lain (multi-media)
- Dapat terjangkau secara meluas (aspek pemerataan)
Kompetisi Standar
Disamping aspek pasar yang menggiurkan, dalam sistem penyelenggaran HDTV yang global mempunyai dampak yang luas pada bidang budaya, sosial politik sampai pada pertahanan. Karena itu negara-negara maju telah berlomba agar sistem yang mereka kembangkan itu nantinya dapat dipakai sebagai standar dunia (global). Standar yang telah masuk dalam agenda rapat CCIR( badan internasional yang menangani standarisasi sistem penyiaran), baru dua yaitu MUSE (Jepang) dan HD-MAC (Eropa). Sementara itu Amerika Serikat yang diatur oleh FCC (Komisi Komunikasi) sedang ditegangkan untuk memutuskan satu standar dari masing-masing team (konsorsium) yang sedang berkompetisi. Karena kepentingan masing-masing negara yang berbeda-beda apakah CCIR bisa memutuskan pemakain standar yang tunggal ? Pengalaman dari sistem TV konvensional yaitu adanya PAL/SECAM di Eropa & ASEAN, NTSC di Amerika dan Jepang, rasanya sulit CCIR untuk bisa memutuskan pemakaian tunggal sistem penyiaran HDTV ini. Disamping itu juga ada badan standarisasi dibawah ISO yaitu MPEG (Kompas 25 April 1993, penulis yang sama) yang menangani standarisasi pengkodean dan pemampatan sinyal gambar bergerak. Untuk sinyal gambar dengan ketajaman tinggi (HDTV), sampai saat ini belum ada kesepakatan dan direncanakan diselesaikan pada tahun 1995.
Negara Berkembang
Setiap negara tentu saja menginginkan bahwa negaranya bisa maju dalam segala hal, termasuk teknologi HDTV. Bagi negara maju yang infrastrukurnya sudah lengkap yang menjadi masalah penerapan adalah kompetisi. Namun demikian bagaimana dengan negara berkembang yang infrastrukturnya masih terbatas (lihat idealisasi sistem siaran diatas) , apakah mau menciptakan standar sendiri ataukah mengikuti standar yang sedang dikembangkan oleh bangsa maju dan kapankah HDTV tersebut layak diterapkan?
Karena tingkatan teknologi HDTV yang ada sudah demikian maju ,kemungkinan membuat standar sinyal sendiri hanyalah membuang waktu dan dana. Namun demikian kalau mengikuti standar lain harus bagaimanakah? Alangkah bijaksananya kalau negara berkembang bisa mempelajari sistem HDTV ini baik dari segi produksi, transmisinya, pesawat penerima bahkan sampai industri pembuatan komponen-komponen tersebut. Karena tanpa bisa memproduksi , negara tesebut akan selalu bergantung. Pertanyaan berikutnya lalu standar mana yang harus dipakai ? MUSE, HD-MAC atau ADTV-nya Amerika. Untuk menjawab pertanyaan ini dan sekaligus menyelesaikan persoalan-persoalan idealisai sistem penyiaran diatas kiranya diperlukan strategi dan pentahapan yang terpadu. Karena teknologi HDTV tidak semata-mata teknologi televisi saja, maka demi keterpaduan sebaiknya di dalam pengkajian , maupun pengembangannya dilakukan oleh beberapa instansi dan industri yang terkait, seperti Telekomunikasi (TELKOM), Perguruan Tinggi, Pengkajian Teknologi (BPPT,LIPI), Industri elektronika (INTI, LEN,National, Elektrindo) , Kementrian Industri dan Perdagangan (Indag), dsb-nya. Sebagai contoh keterpaduan yang dilakukan di Jepang untuk pengembangan industri televisi yang dimulai dekade 50. Dengan dimotori oleh Pusat Riset dan Pengembangan NHK, Jepang memaksa industri-industri dalam negeri (SONY, Matsuhita, dll) untuk bisa memproduksi Televisi dan komponen terkait dengan orientasi mula pasar dalam negeri. Dengan dilaksanakan siaran secara langsung melalui media televisi upacara pernikahan kaisar (emperor) Akihito pada tahun 1959, meledaklah industri televisi di Jepang . Akhirnya seperti kita ketahui dengan baik bahwa Jepang telah bisa merajai teknologi televisi dan pasar dunia. , bahkan telah berhasil menayangkan program HDTV 8 jam sehari (mulai 25 Nopember 1991).
Yang menjadi harapan Jepang selanjutnya adalah bahwa pasaran Hi- Vison-nya (HDTV) akan meledak pada pernikahan mahkota berikutnya Naruhito dengan Masako Owada pada bulan Juni ini. Namun ini masih menjadi pertanyaan karena harganya masih mahal (1.0 juta yen), sehingga
sampai akhir Mei ini jumlah pesawat penerimanya baru sekitar 10.000. Para peneliti Jepang sedang berusaha habis-habisan untuk bisa mengeffisienkan komponen IC-nya sehingga diharapkan harganya menjadi murah. Contoh lain adalah Korea Selatan, mereka tidak terburu-buru mengadakan penyelenggaraan-nya disaat standar belum mapan, namun yang mereka kejar adalah bagaiamana memproduksi HDTV untuk bisa di ekspor, sehingga mereka mengirimkan ahli-ahli-nya yang bisa membu at HDTV ke Jepang , Eropa, Amerika. Kegiatan ini adalah merupakan konsorsium dari pemerintah dan industri-industri terkait seperti Golden Star, Samsung , Daewo, Korean Telocom dsb-nya. Proyek pengembangan produksi HDTV di Korea ini dimulai sejak tahun 1989, dengan biaya 100 milyar won, 60 prosen diantara-nya dikeluarkan dari kocek pemerintah. Target yang mereka harapkan adalah, konfigurasi dasar
(prototipe) akan selesai dilaksanakan pada tahun 1993, sedangkan secara ambisius pada tahun 1995 nanti bisa membuat produksi secara masal. Kelihatannya sangat netral dan beralasan sekali ,saran seorang mantan peneliti dari NHK yang sekarang menjadi guru besar di salah satu perguruan tinggi di Jepang, yang menyatakan bahwa kalau negara berkembang ingin mengembangkan sistem siaran HDTV, maka yang perlu dibenahi dulu antara lain adalah , perbanyaklah ahli elektronika (pendidikan) dan yang terkait sehingga bisa membuat , menjalankan dan memasarkan industri elektronika secara mandiri. Menurut beliau kalau ini dikerjakan mulai sekarang dengan kerja keras (Gambate /bahasa Jepang), mudah-mudahan penyelenggaraan sistem siaran HDTV ini bisa dilaksanakan dalam kurun 10 tahun yang akan datang.
Posted on 08.42 by OMeN and filed under | 3 Comments »

Tips Menjadi Kameraman TV

1. Raih dulu gelar S1 mu ( jurusan apapun ), karena saat ini hampir seluruh media televisi menjadikan gelar S1 menjadi syarat utama penerimaan karyawan. Disamping itu akan menunjang juga gaji yang akan kamu terima serta mempermudah jenjang karir anda. :)
2. Pelajari pengoperasian kamera terutama fungsi - fungsi nya.
3. Hafalkan dan pahami dasar - dasar fotografi termasuk angle komposisi, ukuran shot dan berbagai istilah broadcasting.
4. Berlatihlah sesering mungkin merekam suatu visual dalam sebuah sequence.
5. Percayalah jika poin 2 - 4 telah anda kuasai anda telah siap terjun ke dunia pertelevisian.
6. Make A wish
Posted on 19.49 by OMeN and filed under | 8 Comments »

Istilah - Istilah Broadcasting

Audio Visual : Sebutan bagi perangkat yang menggunakkan unsur suara dan gambar.
Art Director : Sebutan bagi pengarah seni artistik dari sebuah produksi.
Asisten Produser : Seseorang yang membantu produser dalam menjalankan tugasnya.
Audio Mixing : Proses penyatuan dan penyelarasan suara dari berbagai macam jenis dan bentuk suara.
Angle : Sudut pengambilan gambar.
Animator : Sebutan bagi seseorang yang beprofesi sebagai pembuat animasi.
Audio Effect : Efek suara.
Atmosfir /Ambience : Suara natural dari objek gambar.
Broadcasting : Proses pengiriman sinyal ke berbagai lokasi secara bersamaan baik melalui satelit, radio, televisi, komunikasi data pada jaringan dan lain sebagainya.
Broadcaster : Sebutan bagi seseorang yang bekerja dalam industri penyiaran.
Background : Latar belakang.
Blocking : Penempatan objek yang sesuai dengan kebutuhan gambar.
Bridging scene : Adegan perantara diantara adegan – adegan lainnya.
Back Light : Penempatan lampu dasar dari sudut belakang objek.
Rundown : Penentuan gambar yang sesuai dengan naskah atau urutan acara.
Bumper In : Penanda bahwa program acara TV dimulai kembali setelah iklan komersial.
Bumper Out : Penanda bahwa program acara TV akan berhenti sejenak karena iklan komersial.
Credit Title : Urutan nama tim produksi dan pendukung acara.
Chroma Key : Sebuah metode elektronis yang melakukan penggabungan antara gambar video yang satu dengan gambar video lainnya dimana dalam prosesnya digunakan teknik Key Colour yang dapat diubah sesuai kebutuhan foreground dan background.
Cutting on Beat : Teknik pemotongan gambar berdasar tempo.
Teaser : Sebutan bagi adegan atau gambar yang akan mengundang rasa ingin tahu penonton tentang kelanjutan acara, namun harus ditunda karena ada jeda iklan komersial.
Cut : Pemotongan gambar.
Cutting : Proses pemotongan gambar.
Camera Blocking : Penempatan posisi kamera yang sesuai dengan kebutuhan gambar.
Crazy Shot : Gambar yang direkam melalui kamera yang tidak beraturan.
Compotition : Komposisi.
Continuity : Kesinambungan.
Cross Blocking : Penempatan posisi objek secara silang sesuai dengan kebutuhan gambar.
Crane : Katrol khusus untuk kamera dan penata kamera yang dapat bergerak keatas dan kebawah.
Clip On : Mikrofon khusus yang dipasang pada objek tanpa terlihat.
Casting : Proses pemilihan pemain lakon sesuai dengan karakter dan peran yang akan diberikan.
Desain Compugrafis : Rancangan grafis yang digambar melalui tekhnologi komputer.
Durasi : Waktu yang diberikan atau dijalankan.
Dissolve : Tekhnik penumpukan gambar pada editing maupun syuting multi kamera.
Depth of Field : Area dimana seluruh objek yang diterima oleh lensa dan kamera muncul dengan fokus yang tepat. Biasanya hal ini dipengaruhi oleh jarak antara objek dan kamera, focal length dari lensa dan f-stop.
Dialogue : Percakapan yang muncul dalam adegan.
Dramatic Emotion : Emosi gambar secara dramatis.
Dubbing : pengisian suara / narasi .
Editing : Proses pemotongan gambar.
Ending Title : Urutan nama yang dicantumkan pada akhir movie.
Establish Sho
t : Gambar pengenalan yang natural dan wajar.
Focus : Penyelarasan gambar secara detail, tajam, dan jernih hingga mendekati objek aslinya.
Final Editing : Proses pemotongan gambar secara menyeluruh.
Floor Director : Seseorang yang bertanggung jawab membantu mengkomunikasikan keinginan sutradara, dari master kontrol ke studio produksi.
Filter Camera : Filter yang digunakan untuk kamera.
Footage : Gambar – gambar yang tersedia dan dapat digunakan.
Foreground : Latar depan.
Hunting Location : Proses pencarian dan penggunaan lokasi terbaik untuk syuting.
Headset : Digunakan untuk dapat mendengarkan suara sutradara.
Hand held : Tekhnik penggunaan kamera dengan tangan tanpa tripod.
Intercut : Gambar penghubung antar sequence satu ke yang lain.
Jumping Shot : Proses pengambilan gambar secara tidak berurutan.
Juncta Position : Kondisi dimana latar belakang menjadi satu dengan obyek dan sangat mengganggu.
Jimmy Jib : Katrol kamera otomatis yang digerakkan dengan remote.
Job Description : Deskripsi tentang jenis pekerjaan.
Jeda Komersial : Saat penayangan iklan komersial diantara acara televisi.
Job Title : Penamaan jabatan pada pekerjaan.
Kreator : Sebutan bagi seseorang yang menciptakan karya kreatif.
Lighting : Penataan cahaya.
Lighting Effect : Efek dari penataan cahaya.
Lensa Wide : Digunakan untuk memperbesar sudut pandang pengambilan gambar dari kamera.
Lensa Super Wide : Digunakan untuk sangat memperbesar sudut pandang pengambilan gambar dari kamera.
Master Control : Perangkat teknis utama penyiaran untuk mengontrol proses distribusi audio dan video dari berbagai input pada produksi untuk siaran live show maupun recorded.
Main Object : Target pada objek utama.
Monitor : Digunakan untuk memantau gambar.
Master Video : Video utama berisikan rekaman acara televisi yang siap untuk ditayangkan maupun disimpan.
Multi Camera : Sistem dari tata produksi audio visual yang syuting secara bersamaan dengan menggunakan sejumlah kamera.
Master Shot : Gambar pilihan utama dari sebuah adegan yang kemudian dijadikan referensi atau rujukan saat melakukan editing.
Noise : Gangguan pada sirkulasi signal audio maupun video yang mengganggu program acara.
News Director : Direktur pemberitaan yang bertanggung jawab atas seluruh isi pemberitaan yang disiarkan secara aktual berdasarkan fakta.
Off Line : Proses editing awal untuk memilih gambar terbaik dengan time code dari berbagai stock shot sesuai dengan kebutuhan adegan. Hasil dari gambar tersebut ditransformasikan dalam bentuk workprint dengan EDL (edit decision List).
On Line : Proses akhir editing untuk menyempurnakan, mempercantik dan memperindah gambar setelah melalui proses off line.
Opening Scene : Adegan yang dirancang khusus untuk membuka acara atau cerita. Biasanya adegan ini dikemas kreatif dan menarik untuk mendpatkan perhatian penonton.
Opening Shot : Komposisi sudut pengambilan gambar pada awal adegan atau acara yang dirancang khusus untuk menarik perhatian penonton.
OB Van : Outside Broadcasting Van, mobil khusus yang membawa perangkat tekhnis penyiaran audio dan video untuk memproduksi program diluar studio. Dapat juga digunakan untuk master control bagi siaran langsung.
Over Exposed : Kondisi dimana pencahayaan terlalu terang.
Property : Berbagai aksesori.
Program Directing : Penyutradaraan program televisi.
Programming : Tekhnik penyusunan program acara televisi yang ditayangkan secara berurutan.
Praproduksi : Berbagai kegiatan persiapan sebelum pelaksanaan produksi dimulai.
Paskaproduksi : Proses penyelesaian akhir dari produksi.Biasanya istilah ini digunakan pada proses editing.
Produser : Pimpinan produksi yang bertanggung jawab kepada seluruh kegiatan pengkoordinasian pelaksanaan praproduksi, produksi sampai paskaproduksi.
Rating : Perhitungan secara statistikal untuk mengukur tingkat popularitas program acara televisi terhadap penonton.
Rundown : Susunan isi dan alur cerita dari program acara televisi yang dibatasi oleh durasi, jeda komersial, segmentasi, dan bahasa naskah.
Run Through : Latihan akhir bagi seluruh pendukung acara televisi yang disesuaikan dengan urutan acara sesuai dalam rundown.
Reportase : Sebuah laporan perjalanan atau liputan lapangan yang digunakan untuk mendukung data – data aktual dan faktual.
Retake : Pengulangan pengambilan adegan gambar.
Shot : Ambil Gambar.
Simply Shot : Gambar yang diambil dari sudut yang mudah.
Sequence : satu rangkaian gambar yang terdiri dari berbagai angle dan ukuran shot yang menggambarkan suatu kejadian
Stand By : Komando akhir yang menunjukkan bahwa seluruh komponen produksi telah siap untuk melaksanakan syuting.
Stock Shot : Berbagai bentuk gambar yang diciptakan untuk dijadikan pilihan pada saat gambar gambar tersebut memasuki proses editing.
Suspense : Istilah yang digunakan untuk menunjukkan adegan – adegan yang menegangkan dan mengundang rasa was was bagi penonton.
Sound : Penataan suara.
Sound Effect : Efek suara yang diciptakan atau digunakan untuk mendukung suasana dari adegan.
Steady Shot : Gambar sempurna dan tidak terlalu banyak bergerak, yang dapat dinikmati dengan posisi diam.
Switcher : Istilah populer bagi perangkat tekhnis untuk memindah-mindahkan pemilihan gambar dari berbagai stock shot maupun input kamera. Alat ini digunakan untuk syuting multi kamera.
Switcherman : Seseorang yang bertugas melaksanakan proses pemindahan gambar sesuai dengan komando sutradara.
Streaming : Proses pengiriman gambar via internet.
Studio : Lokasi khusus tempat pelaksanaan kerja produksi berlangsung. Dapat untuk melaksanakan syuting (shooting studio) maupun untuk editing (post production studio).
Sound Mixer : Mixer pengendali dari berbagai input suara yang dipilah melalui sejumlah jalur (track).
Slow Motion : Pergerakkan gambar yang diperlambat sesuai dengan kebutuhan alur cerita.
Technical Director : Pengarah / Direktur tehnik.
Teleprompter : piranti didepan kamera yang membantu presenter membaca naskah.
Take : Istilah yang digunakan untuk dan pada saat pengambilan gambar berlangsung. Dapat juga digunakan sebagai catatan pada naskah.
Two Shot : Istilah komando sutradara yang seringkali digunakan untuk mengarahkan kamera kepada dua objek yang dituju.
Three Shot : Istilah komando sutradara yang seringkali digunakan untuk mengarahkan kamera kepada tiga objek yang dituju.
Theme Song : Lagu khusus yang diciptakan atau dipakai sebagai pendukungikatan emosi dari program acara kepada penonton.
Up Link : Proses Pengiriman gambar via satelit.
Under Exposed : Kondisi dimana pencahayaan kurang / lemah cenderung gelap.
VTR : Video Tape Recording.
Voice Over (VO) : Suara dari announcer atau penyiar untuk mendukung isi cerita namun tidak tampak dilayar televisi.
Vision Mixer : Sebutan lain untuk istilah populer “switcher”.
Wireless Camera : Kamera yang menggunakan transmisi signal untuk mengirimkan hasil gambar tanpa menggunakan kabel.
White Balance : Prosedur untuk mengkoreksi warna gambar dari kamera dengan mengubah sensitivitas CCD ke dalam spektrum cahaya. Umumnya prosedur ini menggunakan cahaya putih sebagai dasar.
Wardrobe : Berbagai aksesori pendukung kostum bagi peran – peran tertentu.
Posted on 19.09 by OMeN and filed under | 14 Comments »

Hal Yang Perlu Diperhatikan

Yang Harus Diperhatikan Dalam Pengambilan Gambar

1. Jangan melanggar garis imajiner / directional line. Bila hal ini dilakukan, maka gambar akan terkesan tabrakan atau bolak – balik, atau disebut juga jump shot
2. Perhatikan head room, ruang yang cukup di bagian atas kepala.
3. Perhatikan looking room, ruang pandangan mata yang berimbang.
4. Perhatikan nose position, tetapkan posisi hidung tepat berada di tengah layer televise.
5. Hindari sporius object, benda – benda yang mengganggu komposisi.
6. Semua gambar yang kita rekam harus memiliki motivasi dan informasi.
7. Perhatikan continuity, kesinambungan jalan cerita jangan sampai ada yang hilang, sehingga alur ceritanya utuh .
8. Usahakan untuk selalu melakukan edit by camera ketika melakukan pengambilan gambar, terutama untuk sewaktu – waktu yang sangat singkat, dimana gambar dibutuhkan sesegera mungkin.
9. Pada wawancara Liputan Khusus ambil arah looking room setiap narasumber berbeda ( ke kanan x ke kiri ) agar tidak monoton
10. Untuk mempermudah proses editing, saat pengambilan establish minimal still 8”, begitu pula saat zoom / panning beri awal dan akhir still 8”
11. Setting audio min 3.0 db max 0 db ( atmosfer lebih kecil )
Posted on 06.07 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Angle Komposisi

High Angle, sebuah sudut pengambilan gambar oleh kamera dengan posisi kamera lebih tinggi dari objek, dan menghasilkan gambar yang terlihat objek berada dibawah atau terkesan pendek
Low Angle, sudut pengambilan gambar dengan posisi kamera lebih rendah dari objek dan menghasilkan gambar yang terlihat diatas atau terkesan tinggi.
Eye Level, sudut pengambilan gambar yang sejajar dengan pandangan mata, menjadi titik standar normal suatu komposisi.
Top Angle / Bird Eye, sudut pengambilan gambar top high, dengan menghasilkan gambar dengan pandangan seekor mata burung.
Frog Eye, sudut pengambilan gambar top low, menghasilkan gambar dengan pandangan mata seekor kodok.
Over Shoulder, pengambilan gambar dari belakang bahu.
Posted on 05.27 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Poin Yang Harus Diperhatikan

Ketika kita akan memulai merekam gambar, yang umum dan selalu menjadi perhatian seorang juru kamera adalah :

a. Komposisi, merupakan susunan objek visual secara keseluruhan pada bidang gambar, agar objek menjadi pusat perhatian. Seorang juru kamera harus mempunyai rasa ( sense of art ), kreatifitas, dalam menciptakan sebuah gambar. Dengan komposisi kita juga membangun “ mood “ suatu visual dan keseimbangan objek.

Ada beberapa cara yang dapat dipakai untuk menghasilkan komposisi yang baik, diantaranya :

Sepertiga bagian ( rule of thirds ), pada aturan umum komposisi sebenarnya dibagi menjadi 9 bagian sama. Sepertiga bagian adalah teknik dimana kita menempatkan objek menjadi focus, berada diantara salah satu dari 9 bagian tersebut. Hal ini sangat berbeda dengan yang umum dilakukan, dimana kita selalu menempatkan objek ditengah – tengah bidang ( Death Center )

Salah satu unsur yang digunakan untuk membangun sebuah komposisi visual adalah sudut pengambilan gambar ( angle of view ) dan juga ditentukan oleh tujuan pengambilan gambar. Jika kita ingin mendapatkan suatu moment dan menghasilkan gambar yang terbaik, kita jangan pernah takut untuk merekam gambar dari beberapa sudt pandang. Mulailah dari yang standar ( sejajar dengan objek ) sudut dari atas, bawah samping kanan atau kiri, bahkan sudut yang paling ekstrim.

Komposisi background atau foreground adalah benda – benda yang berada di belakangnya atau didepan objek inti dari suatu obyek visual. Idealnya BG dan FG ini merupakan pendukung untuk memperkuat kesan dan focus perhatian mata kepada objek intinya.

Bagi juru kamera news / dokumenter dia harus menentukan shot – shotnya sendiri. Karena juru kamera yang menentukan posisi kamera, maka dia jugalah yang menentukan sudut pengambilan gambar ( angle ) yang terbaik. Apabila membuat news feature atau film documenter tanpa persiapan, tanggung jawab seorang juru kamera akan lebih besar dalam memilah – milah peristiwa yang dihadapinya ke dalam shot demi shot dan memutuskan type dari shot dan angle yang dibutuhkan.

b. Iris / aperture, pengaturan dalam menggunakan iris / diafragma sangat perlu diperhatikan, agar mendapatkan cahaya yang terbaik seperti yang kita inginkan.

c. Filter, ada 4 pilihan filteryang umum terdapat pada kamera ENG. Antara lain :

3200 K, digunakan untuk in door yang memiliki sumber cahaya kuning ( tungsten )

5600 K + ¼ ND ( neutral density ), digunakan untuk out door yang mempunyai sumber cahaya terik ( top light )

5600 K, digunakan untuk out door dan indoor dengan sumber cahaya putih atau cahaya kebiruan ( day light )

5600 K + 1/16 ND, digunakan bila intensitas sumber cahaya sangat tinggi sekali, seperti di pantai dengan matahari terik.

d. Pencahayaan ( lighting ), proses menyinari film dengan cahaya yang datang dari luar kamera. Dalam pencahayaan, diafragma dan shutter speed sangat penting untuk diperhatikan. Menentukan kombinasi yang tepat antara diafragma dan shutter speed, akan mendapatkan hasil gambar dengan pencahayaan yang terbaik.

e. Tripod, tinggi kamera sama pentingnya dengan jarak kamera dan sudut pandang dari subjek. Juru kamera film cerita sangat hati – hati terhadap tinggi lensa, menata kaki kamera ( tripod ) dalam hubungan dengan materi subjek. Sementara juru kamera non cerita, news dan documenter, hanya menata tripod sekedar agar ia enak memandang dari alat pengintip kamera ( finder ). Mereka sama sekali tidak perduli pada tuntutan khusus dari subjek.

f. Lensa adalah alat yang terdiri dari beberapa cermin yang berfungsi mengubah benda menjadi gayangan, terbalik dan nyata. Ada beberapa jenis lensa yang umum digunakan, antara lain :

Lensa Normal, berukuran focus sepanjang 50 mm atau 55 mm. Sudut pandang lensa ini sama dengan sudut pandang mata manusia.

Lensa Lebar ( wide lens ), biasanya mempunyai lebar focus 16 - 24 mm. Lensa ini biasa digunakan untuk mengambil gambar pemandangan , atau ruangan yang sempit.

Lensa Tele adalah lensa yang mempunyai focal length ( jarak antara objek dengan lensa ) panjang. Lensa ini digunakan untuk memperoleh ruang tajam yang pendek dan dapat menghasilkan perspektif wajah yang mendekati aslinya. Lensa ini berukuran 85 mm, 135 mm, dan 200 mm.

g. Shutter / speed, dalam penggunaanya juga sangat bergantung dengan berapa ukuran iris / diafragma yang kita gunakan. Shutter speed adalah semacam tirai yang bergerak naik turun didalam lensa. Untuk mendapatkan berapa lama cahaya yang dibutuhkan untuk masuk ke dalam emulsi film ( jangka waktu transmisi sinar ) kita menggunakan shutter speed yang memiliki satuan angka mulai dari B 1-2-4-8-15-30-60-125-250-500-1000-2000. Bila juru kamera menggunakan shutter speed tinggi maka gambar yang terekam akan terlihat jelas / terang, jika kita menggunakan shutter speed rendah, maka gambar yang terekam akan terlihat blur.

Posted on 22.26 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Tata Cahaya

Ada 2 jenis tata cahaya yang utama yang sering dipakai oleh juru kamera, yaitu :

High Key adalah sebuah scene yang penampilannya lebih condong ke cerah. Efek dari tata cahaya high key relative hanya sedikit ada bayangan, tetapi penting juga ada sedikit bagian yang gelap sebagai bahwa indikasi bahwa high key bukan over exposed.

Low Key adalah sebaliknya, hanya bagian – bagian yang pokok yang diberikan cahaya cukup, sedangkan bagian – bagian lainnya ada dalam bayangan gelap. Sering terjadi juga salah pengertian bahwa untuk mendapatkan efek low key ialah dengan membuat under exposed, yang benar adalah perbandingan ratio antara gelap dan terang.

Tata cahaya mempunyai beberapa fungsi, antara lain :

Key Light, merupakan sumber cahaya utama untuk suatu karakter tertentu disuatu tempat dalam scene. Jika objeknya bergerak maka menggunakan beberapa key light

Fill Light, tujuannya untuk mengisi ( fill ) bayangan yang disebabkan oleh key light. Karena harus dihindari agar tidak menimbulkan bayangan baru, maka biasanya ditempatkan dekat kamera. Fill light bisa juga dengan menggunakan sumber cahaya soft. Kualitas dari soft light yang tidak menimbulkan bayangan memberikan kebebasan dalam penempatannya.

Back Light, ditempatkan diatas atau dibelakang objek untuk memberi cahaya diatas kepala atau diatas pundak.

Dalam tata cahaya kadang diperlukan efek khusus. Efek cahaya lain yang sering digunakan adalah Eye Light, sebuah lampu kecil dengan cahaya kuat yang ditempatkan di dekat kamera. Karena cahayanya lemah maka dia menimbulkan fill light di mata actor, disamping refleksinya akan membuat matanya berbinar. Terakhir adalah background light atau set light, untuk memberi cahaya pada tembok atau furniture.

Posted on 18.21 by OMeN and filed under | 1 Comments »

Tentang Kamera

Kamera terdiri dari 2 jenis :

  1. Kamera Docking ( Studio ) yang terdiri dari 3 bagian utama :
    1. Lensa Kamera (bagian depan)
    2. Kamera Head (bagian tengah)
    3. VCR (bagian belakang)
  2. Kamera Camcorder yang terdiri dari 2 bagian utama :
    1. Lensa
    2. Camera Head dan VCR ( Video Cassette Recorder ) yang menjadi satu

Lensa tersusun atas 3 bagian utama

1. Ring focus, berkaitan dengan daerah ketajaman dan kedalaman gambar (depth of field)

2. Zoom, berkaitan dengan jarak antara subjek dan lensa (focal length)

3. Iris / aperture, biasa disebut juga dengan diafragma. Diafragma adalah lubang lensa kamera, tempat cahaya masuk. Diafragma artinya bukaan lensa, ukuran diafragma dimulai dengan (bukaan besar) 2.8 – 4 – 5.6 – 8 – 11 dan 22 (bukaan kecil)

Fasilitas lain yang terdapat pada kamera ENG, antara lain :

Extender adalah fasilitas yang ada pada lensa yang berfungsi mendekatkan antara objek sebanyak 2x lipat pada posisi extender in. Namun hal ini tentunya diikuti dengan pengurangan iris / diafragma sebanyak 11/2 stop.

Gain, fasilitas ini menguntungkan bagi juru kamera ENG, karena dalam kondisi kurang cahaya, kita dapat menaikkan gain, yang berarti kita menambah intensitas cahaya 1.5 stop. Ukuran dari gain itu sendiri antara 0 db – 9 db dan 12/18 db. Bila tidak perlu sekali, sebaiknya jangan memaksakan menggunakan gain yang terlalu tinggi, karena akan menghasilkan gambar coral atau bintik – bintik.

Zebra adalah indicator pada kamera yang menandakan bahwa benda atau objek yang terlihat di kamera mempunyai intensitas cahaya tinggi, yang berarti kita harus mengurangi iris / diafragma

Posted on 18.02 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Pergerakan Kamera

Pan ( Right, Left )
- pergerakan kamera kekiri dan kekanan sesuai poros
Tilt Up / Down
- pergerakan kamera naik dan turun sesuai poros
Track In / Out
- pergerakan kamera lurus kedepan / kebelakang
Zoom In / Out
- pergerakan lensa menjauh / mendekati obyek
Follow Shot
- pergerakan kamera mengikuti obyek
Crab Right / Left
- pergerakan kamera geser kekanan / kekiri
Swing Right / Left
- pergerakan kamera lengkung kekanan / kekiri
Ring Shot
- pergerakan kamera memutari obyek
Subjektive Shot
- pergerakan kamera mewakili / menjadi mata obyek
Travelling Shot
- pergerakan kamera berjalan / menyapu semua obyek

Posted on 00.25 by OMeN and filed under | 0 Comments »

Ukuran Shot


Big Close Up ( BCU )
- pengambilan gambar dari batas dagu hingga dahi



C
lose Up ( CU )
- pengambilan gambar dari batas kancing pertama hingga kepala



Medium Close Up ( MCU )
- pengambilan gambar dari batas siku hingga kepala



Medium Shot ( MS )
- pengambilan gambar dari batas pinggang/pusar hingga kepala



Knee Shot ( KS )
- pengambilan gambar dari batas lutut hingga kepala





Medium Long Shot / Full Shot ( FS )
- pengambilan gambar dari batas atas kepala hingga kaki, dengan ruang gerak objek sempit .





Extreme Close Up (ECU )
- pengambilan gambar detail pada bagian tertentu, misal : mata, bibir



Long Shot ( VLS )
- pengambilan gambar dari batas kaki hingga kepala dengan ruang obyek yang sempit




Very Long Shot ( VLS )
- pengambilan gambar dari jarak jauh dengan ruang obyek yang luas
Posted on 00.08 by OMeN and filed under | 1 Comments »

SOP Kameraman News

ENG ( Electronic News Gathering )

Seluruh rangkaian SOP ini menggunakan Kamera JVC DV 500


Langkah awal yang dilakukan sebelum pengambilan sebuah gambar ialah :

1. Masukkan kaset ke dalam VTR
2. Reset timecode kembali ke OO.OO.OO untuk memudahkan mengetahui total durasi yang digunakan
3. Buat color bar +_ 10 second
Hal ini bertujuan memberi batas pada kaset pertopik agar memudahkan editor mencari gambar dan untuk mengatur gelap terang viewfender (viewfinder hitam putih) antara brightness dan kontras serta mengatur color balance.
4. Pengaturan filter
- FILTER 1 ( 3.2 K ) untuk sumber cahaya kuning / tungsten didalam ruangan
- FILTER 2 ( 5.6 K ) untuk sumber cahaya putih / daylight didalam ruangan
- FILTER 3 ( 5.6 K + ND ) untuk diluar ruangan intensitas sumber cahaya tinggi / terik matahari
* Kesalahan pengaturan filter akan menyebabkan gambar bluish, redish, yellowish / greenish
5. Set Up audio untuk atmosfir dan wawancara
6. Sebelum mengambil gambar lakukan White Balance ( untuk menghasilkan perpaduan warna yang terekam sesuai dengan warna sesungguhnya ). Lakukan white balance dengan menggunakan kertas putih dan letakkan pada lokasi yang terdapat cahaya , arahkan lensa pada bidang putih tersebut kemudian klik tombol white balance hingga viewfinder mengatakan " White Balance OK ". Lakukan kembali white balance pada saat anda berpindah ruangan yang suhu sumber cahayanya berbeda.
Pada beberapa kamera profesional terdapat fungsi Black Balance yang mempunyai fungsi sama namun berbasis pada warna hitam, caranya tutup lensa dengan kap lensa sehingga berwarna gelap lanjutkan dengan menekan tombol Black Balance.
White balance mempunyai sarana penyimpanan warna yaitu A, B dan Preset. Kita bisa menyimpan data warna dengan fungsi ini, contoh saat kita berada diluar ruangan pada siang hari terik lalu kita mengeset white balance kemudian kita bisa simpan di fungsi A. Di waktu yang sama saat kita berpindah masuk kedalam ruangan yang memiliki sumber cahaya kuning kita mengeset kembali white balance dan simpan di fungsi B. Jadi bila kita kembali lagi ke luar ruangan kita tidak perlu lagi mengeset white balance, cukup menggunakan fungsi A kembali dan demikian sebaliknya. Dalam keaadaan terdesak, dimana kita tidak sempat melakukan white balance, kita bisa menggunakan fungsi Preset. Namun fungsi ini membuat komposisi warna tidak begitu bagus dan cenderung pucat.
Posted on 02.51 by OMeN and filed under | 1 Comments »