PRINSIP - PRINSIP BERITA TELEVISI

A. FILOSOFI

Rumus dasar Berita Televisi adalah PICTURE + WORDS = TV. Visual ditempatkan sebagai faktor utama. Berarti pertaruhan Reporter dan Cameraman dalam meliput berita adalah memperoleh gambar yang berkualitas tinggi, ketajamannya, variasinya, maupun dinamikanya. Dengan kata lain, tugas Reporter dan Camerman adalah mencari beria yang menarik dengan gambar yang TAJAM, KAYA, dan HIDUP.

Hal itu bisa dicapai juka terdapat kesamaan Visi dan Misi orang-orang di lapangan. Maka berlakulah rumus COMMUNICATION + CORPORATE = RESPECT.

Hubungan yang harmonis antara Reporter dengan Cameraman menjadi syarat mutlak bagi pemburu berita televisi. Hubungan iru hanya mungkin juga antara keduanya terjadi diskusi menyangkut topik maupun cara penyajiannya nanti.

Reporter dan Cameraman adalah 2 profesi yang disatukan. Sebagai Profesional, masing-masing bertanggung jawab atas profesinya. Namun perbedaan itu tidak boleh menghalangi diskusi dan saling memberi masukan.

Keluhan Reporter bahwa Cameraman tidak bersedia mengambil gambar yang diinginkan atau keluhan Reporter bahwa tidak cocok dengan Cameraman adalah PERNYATAAN YANG DIHARAMKAN.

Jurnalis adalah profesi yang sangat menarik. Sebagai wakil pemirsa, Ia dituntut mampu tidak hanya menjadi perpanjangan mata dan telinga, namun juga perpanjangan perasaan penonton.

Oleh karena itu, sama sekali tidak dibenarkan bagi seorang Jurnalis mengkorupsi realita. Semua harus disajikan se-obyektif mungkin, baik data, gambar maupun suara dari suatu peristiwa. Satu-satunya toleransi yang dianugerahkan masyarakat bagi seorang Jurnalis adalah memilih bagian yang paling menarik dari suatu kejadian untuk dijadikan Unsur Pemikat berita yang mereka buat.

Para perintis Jurnalisme telah mematok rumus Piramida Terbalik sebagai rumus dasar struktur berita. Memanfaatkan toleransi yang diberikan masyarakat, maka rumus tersebut mengharuskan kita menempatkan Jantung Peristiwa di awal berita.

Sebagai Pengabdi Kebenaran, maka kebenaran berita yang kita buat merupakan pertaruhan yang tidak hanya menentukan kredibilitas kita, namun juga kelangsungan Stasiun Televisi kita. Pelanggaran terhadap hal itu harus dibayar mahal. CNN harus memecat Reporter andalannya, Peter Arnett, hanya karena lenggah mengecek kebenaran data-data.

Nilai berita adalah segala-galanya. Namun diatas semua itu, keselamatan jiwa tetap penting. Toleransi terhadap kualitas gambar hana diijinkan untuk berita-berita yang nilainya sangat tinggi. Kualitas gambar CNN pada kasus Pembajakan Pesawat di Afganistan sangat buruk, namun tetap ditayangkan karena nilai beritanya yang luar biasa.

PRINSIP

  1. Jurnalis itu pekerjaan yang menarik. Jadikan kesenangan bukan beban.
  2. Jaga hubungan yang harmonis antara Reporter dan Cameraman.
  3. Diskusikan topik dan cara penyajiannya.
  4. Reporter dan Cameraman harus saling menghargai dan menghormati atas dasar tanggung jawab profesi. Namun jangan jadikan hal itu, sebagai penghalang untuk salaing memberi masukan.

B. VISUAL

Sesuai prinsip TAJAM, KAYA, dan HIDUP, maka gambar-gambar Berita Televisi yang dianggap berkualitas tinggi adalah gambar-gambar yang mencerminkan dinamika atau gambar-gambar yang bergerak.

Gambar suasana Seminar, Ceramah, Makan-makan, Keterangan Pers adalah gambar gambar beku yang paling dibenci oleh televisi. Sebaliknya, gambar yang harus dikejar adalah hiruk-pikuk orang dipasar, kepanikan masyarakat yang dilanda kerusuhan, bencana alam, ledakan bom, kesibukan lalu-lintas, bandara, bentrokan Polisi dengan Demonstran, Polisi mengejar penjahat, dsb.

Sekalipun ditabukan, bukan berarti kita pantang meliput kegiatan-kegiatan seperti gambar seminar, ceramah, dan jumpa pers. Kebekuan gambar kegiatan semacam itu dapat dicarikan dengan memperkaya visual yang berkaitan dengan Topik yang dibicarakan.

Seminar tentang kemiskinan tentu akan lain jika gambar yang ditampilkan suasana kemiskinannya seperti orang-orang di kampung kumuh. Pengemis dan anak-anak jalanan atau gelandangan yang sedang mengais tong sampah, daripada menampilkan gambar peserta seminar yang terkantuk-kantuk. Jika mereka terkantuk-kantuk, apalagi pemirsa kita.

PRINSIP

  1. Hindari gambar-gambar beku. Kejar gambar-gambar yang dinamis.
  2. Cari gambar yang paling seru (plus NAT SOUND), jadikan unsur pemikat, tempatkan di awal berita. Ingat, pertaruhan di 8 detik pertama.
  3. Gambar harus tajam. Toleransi hanya untuk berita yang eksklusif dan nilai-nilai beritanya tinggi. (contoh : Gambar CNN saat pembajakan pesawat di Afganistan)
  4. Laporan tanpa gambar seperti Live By Phone nilainya sangat rendah untuk sebuah berita televisi, kecuali beritanya luar biasa.

C. NASKAH GAMBAR REPORTER DAN CAMERAMAN

Berita televisi pada dasarnya adalah gambar dan kata-kata yang diramu sedemikian rupa menghasilkan satu kesatuan utuh yang dinamakan berita.

Pemirsa tidak sekali-kali mau tahu bagaimana repotnya mendapatkan dan menyajikan berita itu. Mereka hanya tahu mendapatkan berita secepat mungkin, selengkap mungkin dan disajikan semenarik mungkin. Tuntutan cepat, lengkap, dan menarik ini menjadi pertaruhan Reporter dan Cameraman dan menjadi target seluruh pekerjaan mereka.

Sesuai rumus PICTURE + WORDS = TV, maka kunci utama untuk dapat memenuhi keinginan Pemirsa adalah pada kemampuan kita meramu gambar dan data yang kita peroleh.

Reporter harus tahu persis gambar apa yang diambil Cameraman. Sebaliknya, Cameraman harus memahami alur berita yang diinginkan Reporternya. Namun pada titik tertentu, naskahlah yang harus menyesuaikan diri pada gambar.

PRINSIP

  1. Di lapangan uapayakan Reporter tidak berjauhan dengan Cameraman, sehingga tahu persis gambar-gambar yang menjadi Jantung Peristiwa dan kelak dijadikan unsur pemikat Berita tersebut.
  2. Reporter dan Cameraman harus menyelamatkan target utama mereka yakni Berita dengan gambar yang bagus. Oleh karena itu, junjung kekompakan (jangan malas bantu membawa peralatan Cameraman, misalnya : Tripod).

D. LIVE REPORTING

Yang paling mendebarkan (sekaligus paling mengasyikkan) adalah saat kita harus melaporkan suatu peristiwa secara langsung.

Kunci utama keberhasilan sebuah Live Reporting adalah penguasaan materi berita itu. Seorang Reporter begitu tiba di tempat kejadian dituntut kepekaannya merekam dalam benaknya alur peristiwa yang kelak mewarnai berita yang dibuatnya.

Penonton tidak mau tahu, pokoknya Reporter harus tampil sempurna, nampak cerdas dan menguasai masalah. Seseru apapun peristiwa yang didapatkan, akan sia-sia jika Reporter yang melaporkannya berbicara “grathal-grathul” mirip monyet menelan kelereng. Kesan cerdas juga tiba-tiba sirna jika penampilan Reporter mirip petani tebu yang baru kalah judi. Oleh karena itu, tidak kalah pentingnya adalah kerapian.

Tom Mintier menyarakan bersikap tenang, kuasai masalah, tulis point-pointnya dan kembangkan improvisasi. CNN menerapkan standar yang cukup ketat untuk menentukan Reporter yang boleh muncul di layar dan siapa yang tidak. Keputusan itu ada di tangan Vice President Stasiun Televisi terbesar di Amerika Serikat tersebut.

Kesan cerdas dan menguasai masalah juga sangat ditentukan oleh kemampuan Reporter memilih kata-kata, merangkainnya menjadi kalimat yang menarik dan membawakannya dengan mimik yang pas. Apa jadinya jika berita kematian seorang Tokoh Ulama dibawakan dengan “pringas-pringis”.

Pembawaan menyangku Speed bicara dan intonasi bicara. Kesan monoton, datar, dan lamban akan menjadikan Reporter begitu mudah dicap bodoh dan tidak menguasai masalah. Sebaliknya, intonasi yang pas dan speed yang terjaga, sangat mudah mendatangkan kesan cerdas dan menguasai masalah.

PRINSIP

  1. Saat Live, Reporter harus tenang, kuasai masalah, tulis point-pointnya, dan kembangkan imrpovisasi
  2. Perhatikan penampilan, kita bukan orang dungu yang asal ngomong.
  3. Susun kalimat yang menarik. Bawakan dengan intonasi yang pas. Perhatikan speed bicara.
  4. Pengucapan kalimat-kalimat harus sempurna. Ingat seseru apapun berita kita, jadi sia-sia kalau cara melaoprkannya mirip monyet menelan kelereng.

E. CEK, CEK, DAN CEK LAGI

Sebagai penjaga gerbang kebenaran, harga diri seorang Jurnalis adalah pada kebenaran berita yang kita laporkan. Pelanggaran terhadap prinsip ini mendatangkan konsekuensi besar, bahkan tidak jarang harus ditebus dengan runtuhnya kredibilitas sebuah Stasiun Televisi.

CCN harus membayar mahal, ketika Reporter andalannya Peter Arnett keliru memberitakan seputar penggunaan Gas Syaraf pada perang Vietnam. Arnett mewawancarai seorang veteran yang sudah pikun. Ia membenarkan penggunaan gas syaraf, namun begitu ditayangkan, sang veteran tua itu tidak hanya membantahnya, ia bahkan tidak mengakui pernah berbicara dengan si Reporter. Arnett harus meninggalkan Stasiun Televisi yang telah dibesarkan dan membesarkannya selama ini.

Dalam keadaan lelah, kelengahan seringkali terjadi. Kasus CNN dapat menimpa siapapun dari Stasiun Televisi manapun. Oleh karena itu, cek dan cek sekali lagi merupakan sikap yang sangat dianjurkan. Untuk berita-berita yang sensitif seperti pernyataan Presiden, kematian Tokoh, dan sebagainya, Anda dianjurkan meminta Produser Anda mengeceknya sekali lagi.

Hindari nafsu berspekulasi apabila menyangkut kematian seseorang. CNN sekali lagi menelan kenyataan pahit, saat Reporternya di Jakarta memberitakan bahwa Dubes Filipina tewas dalam ledakan bom. Padahal sang Dubes ternyata selamat dan di rawat di rumah sakit.

PRINSIP

  1. Jangan berspekulasi menyangkut data-data.
  2. Minta Produser mengecek kebenaran data sebelum disiarkan.
  3. Ingat, berita yang keliru menjatuhkan kredibilitas kita.

Posted on 22.46 by OMeN and filed under | 0 Comments »